Pelan-pelan Mas Putra mulai mencium ubun-ubunku. Bokep terbaru Tanganku meremas kepalanya. Kemudian kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil berangkulan. Penisnya hanya digesek-gesekkan di vaginaku sambil mengulum bibirku. Kami saling berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan peluh membanjiri tubuh. Aku memeluk punggungnya sambil terus bertatapan. Kupeluk Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas. Kami berangkulan pelan. “Kok nggak ngapelin Mbak Rosa, Mas..?” tanyaku. Tangan saling menggerayangi. Kan impas.”
Aku terdiam sejenak. “Impas kan, punya Mas juga kecil,”
“Enak aja, mau liat..?!” tantangnya. Tanpa basa basi aku langsung turun dan pulang ke kost. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari sini, walaupun dingin menggigit. “Lo kok..?” kataku bingung. “Lo kok..?” kataku bingung. Terasa denyutan penisnya di perutku. Aku benar-benar terangsang dan membalas mengelus-elus payudaraku. Sebenarnya aku naksir tubuhnya saja, atletis, kulit coklat, dada bidang. Aku memeluk punggungnya sambil terus bertatapan. Kemudian dia mengecup payudaraku pelan, mengulum. Baju kaosku direnggut dari kepala, begitu juga dengan bra. Dengan begini saja aku sudah menikmati. Aku menggelinjang pelan.
