Kring..! Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Bokep Mom Lalu ia memijat lutut. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. “Oh ya. Mendadak jari tanganku dingin semua. Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Makin lama makin jelas. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Kadang-kadang ketimun. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Ini kesempatan kedua. Ia memulai pijitan. Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.Aku tersentak. Alamak.., jauhnya. Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Masih ada waktu bebas dua jam. Si Junior melemah. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Ia menyentuhnya. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Ia cukup lama bermain-main di perut. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Ah sial. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..!
